♔Laporan Kimia Dasar II "Adsorbsi Menggunakan Arang Aktif"♔
Sabtu, 20 September 2014 | 02.43 | 0 love drops
BAB V
ADSORPSI MENGGUNAKAN ARANG AKTIF
5.1 Tujuan
1.
Mengetahui
fenomena pengurangan konsentrasi HCl (Asam klorida) dengan menggunakan arang
aktif.
2.
Mengetahui
cara atau metode percobaan adsorpsi menggunakan arang aktif.
3.
Mengetahui
fungsi arang aktif dalam pengurangan konsentrasi suatu larutan.
4.
Mengetahui
grafik hubungan koefisien Freunlich terhadap konsentrasi zat terlarut.
5.
Mengetahui
isoterm adsorpsi menurut Freunlich bagi proses adsorpsi Asam klorida pada arang.
5.2 Dasar
Teori
Adsorpsi merupakan suatu proses kimia ataupun fisika yang terjadi ketika suatu
fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan yang
disebut zat pelarut, adsorben dan akhirnya membentuk suatu lapisan film
yang disebut zat terlarut, adsorbat pada permukaannya. Berbeda dengan absorpsi
yang merupakan penyerapan fluida oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu
larutan.
Dengan demikian dapat disimpulkan yaitu adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Adsorbat adalah senyawa
terlarut yang dapat terlarut. Adsorben adalah padatan dimana di
permukaannya terjadi pengumpulan senyawa yang dilarutkan.
Dalam pengertian lain menyatakan adsorpsi merupakan
suatu peristiwa penyerapan pada lapisan permukaan atau antar fasa, dimana
molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan pengadsorpsi atau adsorben.
Selain zat padat, adsorben dapat pula zat cair. Karena itu adsorpsi dapat
terjadi antara :
·
Zat padat
dan zat cair.
·
Zat padat
dan gas.
·
Zat cair dan
zat cair.
·
Gas dan zat
cair.
Menurut Sukardjo bahwa molekul-molekul pada
permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena
tidak ada gaya-gaya yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat
padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi.
Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam adsorben sedang pada adsorpsi,
zat yang diserap hanya pada permukaan (Sukardjo,
2002:190).
Jumlah
zat yang diadsorpsi pada permukaan adsorben merupakan proses berkesetimbangan,
sebab laju adsorpsi disertai dengan terjadinya desorpsi. Pada awal reaksi,
peristiwa adsorpsi lebih dominan dibandingkan dengan peristiwa desorpsi,
sehingga adsorpsi berlangsung cepat. Pada waktu tertentu peristiwa adsorpsi
cenderung berlangsung lambat, dan sebaliknya laju desorpsi cenderung meningkat.
Ketika laju adsorpsi adalah sama dengan laju desorpsi sering disebut sebagai
keadaan berkesetimbangan. Waktu tercapainya keadaan setimbang pada proses
adsorpsi adalah berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh jenis interaksi yang
terjadi antara adsorben dengan adsorbat. Secara umum waktu tercapainya
kesetimbangan adsorpsi melalui mekanisme fisika (fisisorpsi) lebih cepat
dibandingkan dengan melalui mekanisme kimia atau kemisorpsi.
Berdasarkan proses terjadinya ada dua jenis adsorbsi,
yaitu Adsorbsi kimia dan adsorbsi fisika. Berikut masing- masing penjelasannya.
·
Adsorpsi fisika (Physisorption)
Interaksi yang terjadi antara dasorben dan adsorbat
adalah gaya Van der Walls dimana
ketika gaya tarik molekul antara larutan dan permukaan media lebih besar
daripada gaya tarik substansi terlarut dan larutan, maka substansi terlarut
akan diadsorpsi oleh permukaan media. Adsorbsi fisika ini memiliki gaya
tarik Van der Walls yang kekuatannya
relatif kecil. Molekul terikat sangat lemah dan energi yang dilepaskan pada
adsorpsi fisika relatif rendah sekitar 20 kJ/mol.
Contohnya yaitu adsorpsi oleh karbon
aktif. Karbon aktif merupakan senyawa karbon yang diaktifkan dengan cara
membuat pori pada struktur karbon tersebut. Aktivasi karbon aktif pada
temperatur yang tinggi akan menghasilkan struktur berpori dan luas permukaan
adsorpsi yang besar. Semakin besar luas permukaan, maka semakin banyak
substansi terlarut yang melekat pada permukaan media adsorpsi.
·
Adsorpsi kimia (Chemisorption)
Chemisorption terjadi
ketika terbentuknya ikatan kimia (bukan ikatan Van der Wallis) antara senyawa terlarut dalam larutan dengan
molekul dalam media. Chemisorpsi terjadi diawali dengan adsorpsi fisik, yaitu
partikel adsorbat tertarik ke permukaan adsorben melalui gaya Van der Walls atau bisa melalui ikatan
hidrogen. Dalam Chemisorbption
partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan
kovalen), dan cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi
dengan substrat. Contohnya pada Ion exchange.
Proses
adsorbsi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Faktor-faktor tersebut antara
lain sebagai berikut:
1. Waktu Kontak
Waktu kontak
sangat menentukan dalam proses adsorpsi. Semakin lama Waktu kontak memungkinkan
proses difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik.
2. Luas Permukaan
Semakin luas
permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang diserap, sehingga proses
adsorpsi dapat semakin efektif. Semakin kecil ukuran diameter adsorben maka
semakin luas permukaannya. Kapasitas adsorpsi total dari suatu adsorbat
tergantung pada luas permukaan total adsorbennya.
3. Jenis Adsorbat
a. Peningkatan polarisabilitas adsorbat
akan meningkatkan kemampuan adsorpsi molekul yang mempunyai polarisabilitas
yang tinggi atau polar memiliki kemampuan tarik menarik terhadap molekul lain
dibdaningkan molekul yang non polar.
b. Peningkatan berat molekul adsorbat dapat
meningkatkan kemampuan adsorpsi.
c. Adsorbat dengan rantai yang bercabang
biasanya lebih mudah diadsorb dibdaningkan rantai yang lurus.
4. Ukuran Molekul Adsorbat
Ukuran
molekul adsorbat benar-benar penting dalam proses adsorpsi ketika molekul masuk
ke dalam mikropori suatu partikel arang untuk diserap. Adsorpsi paling kuat
ketika ukuran pori-pori adsorben cukup besar sehingga memungkinkan molekul
adsorbat untuk masuk.
5. Konsentrasi Adsorbat
Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak jumlah
senyawa yang terkumpul pada permukaan adsorben.
6. pH atau Power of
Hydrogen
pH di mana
proses adsorpsi terjadi menunjukkan pengaruh yang besar terhadap adsorpsi itu
sendiri. Hal ini dikarenakan ion hidrogen sendiri diadsorpsi dengan kuat,
sebagian karena pH mempengaruhi ionisasi dan karenanya juga mempengaruhi
adsorpsi dari beberapa senyawa. Asam organik lebih mudah diadsorpsi pada pH rendah,
sedangkan adsorpsi basa organik terjadi dengan mudah pada pH tinggi. pH optimum
untuk kebanyakan proses adsorpsi harus ditentukan dengan uji laboratorium.
7. Temperatur
Temperatur di mana proses adsorpsi terjadi akan
mempengaruhi kecepatan dan jumlah adsorpsi yang terjadi. Kecepatan adsorpsi
meningkat dengan meningkatnya temperatur, dan menurun dengan menurunnya
temperatur. Namun demikian, ketika adsorpsi merupakan proses eksoterm, derajad
adsorpsi meningkat pada suhu rendah dan akan menurun pada suhu yang lebih
tinggi.
Jenis adsorben yang digunakan pada
percobaan ini adalah arang aktif. Sejak perang dunia pertama arang aktif produksi dari
peruraian kayu sudah dikenal sebagai adsorben atau penyerap yang efektif sehingga
banyak dipakai sebagai adsorben pada topeng gas arang aktif adalah bahan berupa karbon bebas yang
masing-masing berikatan secara kovalen atau arang yang telah dibuat dan diolah
secara khusus melalui proses aktifasi, sehingga pori-porinya terbuka dan dengan
demikian mempunyai daya serap yang besar terhadap zat-zat lainnya, baik dalam
fase cair maupun dalam fase gas. Dengan demikian, permukaan arang aktif
bersifat non-polar. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, dimana
semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin
besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan
kecepatan adsorpsi, dianjurkan menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan.
Karbon aktif ini cocok digunakan untuk mengadsorpsi zat-zat organik. Komposisi
arang aktif terdiri dari Silika
(SiO2), Karbon,
kadar air dan kadar debu. Unsur Silika
merupakan kadar bahan yang keras dan tidak mudah larut dalam air, maka
khususnya silika yang bersifat sebagai pembersih partikel yang terkandung dalam
air keruh dapat dibersihkan sehingga diperoleh air yang jernih.
Sifat arang aktif yang paling penting adalah daya serap.
Untuk menghilangkan bahan-bahan terlarut dalam air, biasa menggunakan arang
aktif dengan mengubah sifat permukaan partikel karbon melalui proses oksidasi.
Partikel ini akan menyerap bahan-bahan organik dan akan terakomulasi pada
bidang permukaannya. Pada umumnya ion organik dapat diturunkan dengan arang
aktif.
Adsorpsi oleh arang aktif akan melepaskan gas, cairan dan
zat padat dari larutan dimana kecepatan reaksi dan kesempurnaan pelepasan
tergantung pada pH, suhu, konsentrasi awal, ukuran molekul, berat molekul dan
struktur molekul. Penyerapan terbesar adalah pada pH rendah. Dalam Laboratorium
Manual disebutkan bahwa pada umumnya kapasitas penyerapan arang aktif akan
meningkat dengan turunnya pH dan suhu air. Pada pH rendah aktifitas dari bahan
larut dengan larutan meningkat sehingga bahan-bahan larut untuk tertahan pada
arang aktif lebih rendah.
Secara ringkas
kegunaan karbon aktif dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya:
1.
Pada pengolahan air untuk
penjernihan dan mengurangi kesadahan dengan menyerap bau, rasa, warna, kaporit,
kapur dan logam berat.
2.
Pada pengolahan emas untuk
menyerap konsentrasi emas dalam bentuk Carbon
in Pulp (CIP), Carbon in Leach
(CIL), Carbon in Clear Solution (CIC)
biasanya dari batok kelapa mesh 8-25.
3.
Pada pemurnian gas dengan
menyerap belerang, gas beracun, bau busuk, asap dan pencegahan racun.
4. Pada pengolahan limbah untuk
menyerap Bahan Beracun Berbahaya (B3) yaitu menyerap Sianida yang terdapat pada
limbah industri serat sintetik dalam bentuk Akrilonitril, petrokimia, baja,
pertambangan dan pelapisan logam yaitu electroplating
dengan cara merendam karbon aktif dengan larutan Cu2+ (0,5%) yang
menghasilkan daya serap sianida menjadi 82% dalam waktu 2 jam.
5. Untuk menyerap logam berat
Raksa atau Hg, Cadmium atau Cd, Pb atau Timbal, Cromium atau Cr penyebab sakit
kanker.
6.
Penyegar atau pembersih
udara ruangan dari kandungan uap air atau gas berbau dan beracun, seperti pada
mobil, kamar pendingin, botol obat-obatan serta peralatan-peralatan yang harus
dilindungi dari proses perkaratan.
7.
Pada industri obat dan
makanan sebagai penyaring, penghilang warna, bau dan rasa tidak enak pada
makanan.
8.
Pada bidang perminyakan
dipakai sebagai bahan penyulingan bahan mentah dan zat perantara.
5.3 Alat
dan Bahan
5.3.1 Alat
·
Balp
·
Buret
·
Corong
Gelas
·
Gelas
Ukur
·
Kaki
Tiga
·
Kasa
Kawat
·
Labu
Erlenmeyer
·
Pembakar
Spiritus
·
Pipet
Mohr
·
Spatula
·
Stopwatch
·
Tiang
Statif
5.3.2 Bahan
·
Alumunium
Foil
·
Arang
Aktif 1 gr
·
HCl
1 M, 0,5 M, 0,25 M, 0,125 M
·
Indikator
PP
·
Kertas
Saring
·
NaOH
0,5 M
5.4 Prosedur
Percobaan
1.
Menyiapkan
alat dan bahan.
2. Menyiapkan
HCl dengan konsentrasi 1 M dan 0,125 M sebanyak 10 mL dengan menggunakan Pipet Mohr.
3.
Menaruh
HCl 1 M dan 0,25 M ke Labu Erlenmeyer.
4.
Memasukan
arang atau mencampurkan arang yang sudah aktif ke dalam larutan HCl.
5. Menutup
HCl dengan Alumunium Foil, lalu mengocoknya selama 5 menit, dengan setiap menit
mengistirahatkan kocokan selama 10 detik.
6.
Menyaring
larutan tadi ke dalam Labu Erlenmeyer.
7.
Meneteskan
Indikator PP pada HCl yang sudah disaring.
8.
Melakukan
titrasi dari HCl menggunakan NaOH 0,5 M.
9.
Mengulangi
langkah kedua sampai delapan dengan HCl 0,1 M dan 0,25 M.
10. Mencatat hasil dari setiap volume NaOH
yang digunakan pada setiap titrasi.
11. Merapihkan alat dan bahan.
5.5 Hasil
Percobaan
5.5.1 Hasil
Pengamatan
Tabel 5.1
Hasil Pengamatan Adsorpsi Menggunakan Arang Aktif
No
|
HCL
(M)
|
NaOH
|
m
(g)
|
x
(g)
|
|
log
|
log
c
|
k
|
log
k
|
n
|
||
Awal
|
Akhir
|
M
|
V
|
|||||||||
1
|
1
|
?
|
0,5
|
11,8
|
1
|
1
|
1
|
0
|
?
|
?
|
?
|
?
|
2
|
0,5
|
?
|
0,5
|
5,7
|
1
|
1
|
1
|
0
|
?
|
?
|
?
|
?
|
3
|
0,25
|
?
|
0,5
|
2,8
|
1
|
1
|
1
|
0
|
?
|
?
|
?
|
?
|
4
|
0,125
|
?
|
0,5
|
1,6
|
1
|
1
|
1
|
0
|
?
|
?
|
?
|
?
|
Keterangan
:
m =
jumlah adsorban (gram)
x =
jumlah zat yang teradsorpsi (gram)
c =
konsentrasi zat terlarut atau konsentrasi akhir
larutan (M)
k = koefisien Freunlich
5.5.2 Pengolahan
Data
a. Larutan
HCl 1 M
Diketahui :
·
VNaOH =
11,8 mL
·
MNaOH =
0,5 M
·
VHCl =
10 mL
·
m = 1 gram
·
x = 1 gram
·
= 1
·
log
= 0
Ditanya :
·
MHCl =
....?
·
log
c = ....?
·
k = ....?
·
log
k = ....?
·
n = ....?
Jawab :
·
MHCl =
=
=
0,59 M
·
log
c = log (0,59)
=
- 0,23
·
k =
=
= 1,69
·
log
k = log (1,69)
=
0,23
·
n =
=
=
1
b. Larutan
HCl 0,5 M
Diketahui :
·
VNaOH =
5,7 mL
·
MNaOH =
0,5 M
·
VHCl =
10 mL
·
m = 1 gram
·
x = 1 gram
·
= 1
·
log
= 0
Ditanya :
·
MHCl =
....?
·
log
c = ....?
·
k = ....?
·
log
k = ....?
·
n = ....?
Jawab :
·
MHCl =
=
=
0,29 M
·
log
c = log (0,29)
=
- 0,54
·
k =
=
= 3,45
·
log
k = log (3,45)
=
0,54
·
n =
=
=
1
c. Larutan
HCl 0,25 M
Diketahui :
·
VNaOH =
2,8 mL
·
MNaOH =
0,5 M
·
VHCl =
10 mL
·
m = 1 gram
·
x = 1 gram
·
= 1
·
log
= 0
Ditanya :
·
MHCl =
....?
·
log
c = ....?
·
k = ....?
·
log
k = ....?
·
n = ....?
Jawab :
·
MHCl =
=
=
0,14 M
·
log
c = log (0,14)
=
- 0,85
·
k =
=
= 7,14
·
log
k = log (7,14)
=
0,85
·
n =
=
=
1
d. Larutan
HCl 0,125 M
Diketahui :
·
VNaOH =
1,6 mL
·
MNaOH =
0,5 M
·
VHCl =
10 mL
·
m = 1 gram
·
x = 1 gram
·
= 1
·
log
= 0
Ditanya :
·
MHCl =
....?
·
log
c = ....?
·
k = ....?
·
log
k = ....?
·
n = ....?
Jawab :
·
MHCl =
=
=
0,08 M
·
log
c = log (0,08)
=
- 1,10
·
k =
=
= 12,5
·
log
k = log (12,5)
=
1,10
·
n =
=
=
1
Tabel 5.2
Hasil Pengolahan Data Adsorpsi
Menggunakan Arang Aktif
No
|
HCL
(M)
|
NaOH
|
m
(g)
|
x
(g)
|
|
log
|
log
c
|
k
|
log
k
|
n
|
||
Awal
|
Akhir
|
M
|
V
|
|||||||||
1
|
1
|
0,59
|
0,5
|
11,8
|
1
|
1
|
1
|
0
|
-
0,23
|
1,69
|
0,23
|
1
|
2
|
0,5
|
0,29
|
0,5
|
5,7
|
1
|
1
|
1
|
0
|
-
0,54
|
3,45
|
0,54
|
1
|
3
|
0,25
|
0,14
|
0,5
|
2,8
|
1
|
1
|
1
|
0
|
-
0,85
|
7,14
|
0,85
|
1
|
4
|
0,125
|
0,08
|
0,5
|
1,6
|
1
|
1
|
1
|
0
|
-
1,10
|
12,5
|
1,10
|
1
|
Kesimpulan
Tabel:
Dari hasil percobaan adsorpsi menggunakan
arang aktif didapatkan hasil: pada percobaan HCl (Asam klorida) 1 M didapatkan
konsentrasi akhir HCl (Asam klorida) sebesar 0,59 M, konsentrasi NaOH (Natrium
hidroksida) 0,5 M, volumenya 11,8 mL, jumlah adsorban 1 gram, jumlah zat yang
teradsorpsi 1 gram,
adalah 1, log
yaitu 1, log c yaitu –0,23, k yaitu 1,69, log
k sebesar 0,23 dan n bernilai 1.
Pada percobaan kedua, dengan HCl (Asam
klorida) 0,5 M didapatkan konsentrasi akhir HCl (Asam klorida) sebesar 0,29 M, konsentrasi
NaOH (Natrium hidroksida) 0,5 M, volumenya 5,7 mL, jumlah adsorban 1 gram,
jumlah zat yang teradsorpsi 1 gram,
adalah 1, log
yaitu 1, log c yaitu –0,54, k yaitu 3,45, log
k sebesar 0,54 dan n bernilai 1.
Pada percobaan ketiga, dengan HCl (Asam
klorida) 0,25 M didapatkan konsentrasi akhir HCl (Asam klorida) sebesar 0,14 M,
konsentrasi NaOH (Natrium hidroksida) 0,5 M, volumenya 2,8 mL, jumlah adsorban
1 gram, jumlah zat yang teradsorpsi 1 gram,
adalah 1, log
yaitu 1, log c yaitu –0,85, k yaitu 7,14, log
k sebesar 0,85 dan n bernilai 1.
Pada percobaan keempat, dengan HCl (Asam
klorida) 0,125 M didapatkan konsentrasi akhir HCl (Asam klorida) sebesar 0,08
M, konsentrasi NaOH (Natrium hidroksida) 0,5 M, volumenya 1,6 mL, jumlah
adsorban 1 gram, jumlah zat yang teradsorpsi 1 gram,
adalah 1, log
yaitu 1, log c yaitu –1,10, k yaitu 12,5, log
k sebesar 1,10 dan n bernilai 1.
Grafik 4.1
k terhadap c
Pembacaan
grafik 4.1 yaitu hubungan k terhadap c mengalami penurunan. pada k sebesar
1,69, maka c sebesar 0,59. Pada k sebesar 3,45, maka c sebesar 0,29. Pada k
sebesar 7,14, maka c sebesar 0,14. Dan pada k sebesar 12,5, maka c sebesar
0,08.
Grafik
4.2
log
c terhadap log
Pembacaan
grafik 4.2 yaitu hubungan log c terhadap log ,
log c tidak
mempengaruhi nilai log
.
5.6 Pembahasan
Praktikum
keempat ini berjudul Adsorpsi Menggunakan Arang Aktif, bertujuan untuk mengetahui
fenomena pengurangan konsentrasi HCL (Asam klorida) dengan menggunakan arang
aktif, mengetahui cara atau metode percobaan adsorpsi menggunakan arang aktif,
mengetahui fungsi arang aktif dalam pengurangan konsentrasi suatu larutan, mengetahui
grafik hubungan koefisien Freunlich terhadap konsentrasi zat
terlarut, serta untuk mengetahui isoterm
adsorpsi menurut Freunlich bagi proses adsorpsi Asam klorida pada arang.
Adsorpsi
adalah pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan zat lain sebagai
akibat dari pada ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaan tersebut. Karbon aktif
atau arang aktif adalah salah satu jenis karbon yang memiliki luas permukaan
yang sangat besar.
Alat-alat
yang digunakan pada percobaan ini, yaitu Balp,
Buret, Corong Gelas, Gelas Ukur, Kaki Tiga, Kasa Kawat, Labu Erlenmeyer, Pembakar Spiritus, Pipet Mohr, Spatula, Stopwatch dan Tiang Statif. Sedangkan bahan yang digunakan,
meliputi Alumunium Foil, Arang Aktif 1 gr, HCl (Asam klorida) dengan
konsentrasi 1 M, 0,5 M, 0,25 M, 0,125 M, Indikator Phenolphthalein, Kertas Saring dan NaOH (Natrium hidroksida) dengan
konsentrasi 0,5 M.
Prosedur
praktikum dimulai dari menyiapkan alat dan bahan. Lalu menyiapkan HCl (Asam
klorida) dengan konsentrasi 1 M dan 0,125 M sebanyak 10 mL dengan menggunakan
Pipet Mohr. Kemudian menaruh HCl (Asam
klorida) 1 M dan 0,25 M ke Labu Erlenmeyer.
Selanjutnya memasukan arang atau mencampurkan arang yang sudah aktif ke dalam
larutan HCl (Asam klorida). Setelah itu menutup HCl (Asam klorida) dengan
Alumunium Foil, lalu mengocoknya selama 5 menit, dengan setiap menit
mengistirahatkan kocokan selama 10 detik. Kemudian menyaring larutan tadi ke
dalam Labu Erlenmeyer. Dan meneteskan
Indikator Phenolphthalein pada HCl (Asam klorida) yang sudah disaring.
Kemudian melakukan titrasi dari HCl (Asam klorida) menggunakan NaOH (Natrium
hidroksida) 0,5 M. Dan mengulangi langkah-langkah diatas dengan HCl (Asam
klorida) berkonsentrasi 0,1 M dan 0,25 M. Lalu mencatat hasil dari setiap
volume NaOH (Natrium hidroksida) yang digunakan pada setiap titrasi. Dan
langkah terakhir yaitu merapihkan alat dan bahan.
Dari
hasil percobaan adsorpsi menggunakan arang aktif didapatkan hasil: pada
percobaan HCl (Asam klorida) 1 M didapatkan konsentrasi akhir HCl (Asam
klorida) sebesar 0,59 M, konsentrasi NaOH (Natrium hidroksida) 0,5 M, volumenya
11,8 mL, jumlah adsorban 1 gram, jumlah zat yang teradsorpsi 1 gram,
adalah 1, log
yaitu 1, log c yaitu –0,23, k yaitu 1,69, log
k sebesar 0,23 dan n bernilai 1.
Pada
percobaan kedua, dengan HCl (Asam klorida) 0,5 M didapatkan konsentrasi akhir
HCl (Asam klorida) sebesar 0,29 M, konsentrasi NaOH (Natrium hidroksida) 0,5 M,
volumenya 5,7 mL, jumlah adsorban 1 gram, jumlah zat yang teradsorpsi 1 gram,
adalah 1, log
yaitu 1, log c yaitu –0,54, k yaitu 3,45, log
k sebesar 0,54 dan n bernilai 1.
Pada
percobaan ketiga, dengan HCl (Asam klorida) 0,25 M didapatkan konsentrasi akhir
HCl (Asam klorida) sebesar 0,14 M, konsentrasi NaOH (Natrium hidroksida) 0,5 M,
volumenya 2,8 mL, jumlah adsorban 1 gram, jumlah zat yang teradsorpsi 1 gram,
adalah 1, log
yaitu 1, log c yaitu –0,85, k yaitu 7,14, log
k sebesar 0,85 dan n bernilai 1.
Pada
percobaan keempat, dengan HCl (Asam klorida) 0,125 M didapatkan konsentrasi
akhir HCl (Asam klorida) sebesar 0,08 M, konsentrasi NaOH (Natrium hidroksida)
0,5 M, volumenya 1,6 mL, jumlah adsorban 1 gram, jumlah zat yang teradsorpsi 1
gram,
adalah 1, log
yaitu 1, log c yaitu –1,10, k yaitu 12,5, log
k sebesar 1,10 dan n bernilai 1.
Pembacaan
grafik 4.1 yaitu hubungan k terhadap c mengalami penurunan. pada k sebesar
1,69, maka c sebesar 0,59. Pada k sebesar 3,45, maka c sebesar 0,29. Pada k
sebesar 7,14, maka c sebesar 0,14. Dan pada k sebesar 12,5, maka c sebesar
0,08.
Pembacaan
grafik 4.2 yaitu hubungan log c terhadap log
, log
c tidak mempengaruhi nilai log
.
Dalam
melakukan percobaan ini terdapat beberapa kesalahan diantaranya yaitu pada saat
arang aktif tidak langsung dimasukan ke dalam Labu Erlenmeyer sehingga akan mempengaruhi nilai titrasi larutan. Dan
volume NaOH (Natrium hidroksida) yang tidak tepat sehingga hasil titrasi juga
kurang akurat.
5.7 Kesimpulan
Pada percobaan Adsorpsi
Menggunakan Arang Aktif dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Adsorbsi
adalah pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan zat lain sebagai
akibat daripada ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaan tersebut.
2.
Arang
aktif merupakan suatu jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat
besar.
3.
Alat-alat
yang digunakan pada percobaan ini, yaitu Balp,
Buret, Corong Gelas, Gelas Ukur, Kaki Tiga, Kasa Kawat, Labu Erlenmeyer, Pembakar Spiritus, Pipet Mohr, Spatula, Stopwatch dan Tiang Statif.
4.
Bahan
yang digunakan, meliputi Alumunium Foil, Arang Aktif 1 gr, HCl (Asam klorida)
dengan konsentrasi 1 M, 0,5 M, 0,25 M, 0,125 M, Indikator Phenolphthalein, Kertas Saring dan NaOH (Natrium hidroksida) dengan
konsentrasi 0,5 M.
5.
Konsentrasi
awal HCl (Asam klorida) yaitu 1 M, 0,5 M, 0,25 M dan 0,125 M.
6.
Konsentrasi
akhir HCl (Asam klorida), yaitu:
·
Yang
pertama 0,59 M.
·
Yang
kedua 0,29 M.
·
Yang
ketiga 0,14 M.
·
Yang
keempat 0,08 M.
7.
Pada
percobaan ini NaOH (Natrium hidroksida) yang dipakai untuk menitrasi larutan
memiliki konsentrasi 0,5 M.
8.
Volume
NaOH (Natrium hidroksida) yang digunakan untuk titrasi sebesar:
·
Percobaan
pertama sebesar 11,8 mL.
·
Percobaan
kedua sebesar 5,7 mL.
·
Percobaan
ketiga sebesar 2,8 mL.
·
Percobaan
keempat sebesar 1,6 mL.
9.
Pembacaan
grafik 4.1 hubungan k terhadap c:
·
Saat
k bernilai 1,69 maka c bernilai 0,59.
·
Saat
k bernilai 3,45 maka c bernilai 0,29.
·
Saat
k bernilai 7,14 maka c bernilai 0,14.
·
Saat
k bernilai 12,5 maka c bernilai 0,08.
10. Pembacaan grafik 4.2 hubungan log c
terhadap log
yaitu dengan nilai log c sebesar -0,23, -0,54,
-0,85 dan -1,10 maka nilai log c yang didapatkan sama dengan 0 atau tetap.
Hearts, Unknown