\ Teacup Heart
♔Laporan Kimia Dasar II "Adsorbsi Menggunakan Arang Aktif"♔
Sabtu, 20 September 2014 | 02.43 | 0 love drops
BAB V
ADSORPSI MENGGUNAKAN ARANG AKTIF
5.1      Tujuan
1.    Mengetahui fenomena pengurangan konsentrasi HCl (Asam klorida) dengan menggunakan arang aktif.
2.    Mengetahui cara atau metode percobaan adsorpsi menggunakan arang aktif.
3.    Mengetahui fungsi arang aktif dalam pengurangan konsentrasi suatu larutan.
4.    Mengetahui grafik hubungan koefisien Freunlich terhadap konsentrasi zat terlarut.
5.    Mengetahui isoterm adsorpsi menurut Freunlich bagi proses adsorpsi Asam klorida pada arang.

5.2      Dasar Teori
Adsorpsi merupakan suatu proses kimia ataupun fisika yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan yang disebut zat pelarut, adsorben dan akhirnya membentuk suatu lapisan  film yang disebut zat terlarut, adsorbat pada permukaannya. Berbeda dengan absorpsi yang merupakan penyerapan fluida oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan.
Dengan demikian dapat disimpulkan yaitu adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Adsorbat adalah senyawa terlarut yang  dapat terlarut. Adsorben adalah padatan dimana di permukaannya terjadi pengumpulan senyawa yang dilarutkan.
Dalam pengertian lain menyatakan adsorpsi merupakan suatu peristiwa penyerapan pada lapisan permukaan atau antar fasa, dimana molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan pengadsorpsi atau adsorben.
Selain zat padat, adsorben dapat pula zat cair. Karena itu adsorpsi dapat terjadi antara :
·        Zat padat dan zat cair.
·        Zat padat dan gas.
·        Zat cair dan zat cair.
·        Gas dan zat cair.
Menurut Sukardjo bahwa molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam adsorben sedang pada adsorpsi, zat yang diserap hanya pada permukaan (Sukardjo, 2002:190).
Jumlah zat yang diadsorpsi pada permukaan adsorben merupakan proses berkesetimbangan, sebab laju adsorpsi disertai dengan terjadinya desorpsi. Pada awal reaksi, peristiwa adsorpsi lebih dominan dibandingkan dengan peristiwa desorpsi, sehingga adsorpsi berlangsung cepat. Pada waktu tertentu peristiwa adsorpsi cenderung berlangsung lambat, dan sebaliknya laju desorpsi cenderung meningkat. Ketika laju adsorpsi adalah sama dengan laju desorpsi sering disebut sebagai keadaan berkesetimbangan. Waktu tercapainya keadaan setimbang pada proses adsorpsi adalah berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh jenis interaksi yang terjadi antara adsorben dengan adsorbat. Secara umum waktu tercapainya kesetimbangan adsorpsi melalui mekanisme fisika (fisisorpsi) lebih cepat dibandingkan dengan melalui mekanisme kimia atau kemisorpsi.
Berdasarkan proses terjadinya ada dua jenis adsorbsi, yaitu Adsorbsi kimia dan adsorbsi fisika. Berikut masing- masing penjelasannya.
·         Adsorpsi fisika (Physisorption)
Interaksi yang terjadi antara dasorben dan adsorbat adalah gaya Van der Walls dimana ketika gaya tarik molekul antara larutan dan permukaan media lebih besar daripada gaya tarik substansi terlarut dan larutan, maka substansi terlarut akan diadsorpsi oleh permukaan media. Adsorbsi fisika  ini memiliki gaya tarik Van der Walls yang kekuatannya relatif kecil. Molekul terikat sangat lemah dan energi yang dilepaskan pada adsorpsi fisika relatif rendah sekitar 20 kJ/mol.
Contohnya yaitu adsorpsi oleh karbon aktif. Karbon aktif merupakan senyawa karbon yang diaktifkan dengan cara membuat pori pada struktur karbon tersebut. Aktivasi karbon aktif pada temperatur yang tinggi akan menghasilkan struktur berpori dan luas permukaan adsorpsi yang besar. Semakin besar luas permukaan, maka semakin banyak substansi terlarut yang melekat pada permukaan media adsorpsi.
·        Adsorpsi kimia (Chemisorption)
Chemisorption terjadi ketika terbentuknya ikatan kimia (bukan ikatan Van der Wallis)  antara senyawa terlarut dalam larutan dengan molekul dalam media. Chemisorpsi terjadi diawali dengan adsorpsi fisik, yaitu partikel adsorbat tertarik ke permukaan adsorben melalui gaya Van der Walls atau bisa melalui ikatan hidrogen. Dalam Chemisorbption partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi dengan substrat. Contohnya pada Ion exchange.
Proses adsorbsi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:
1.    Waktu Kontak
Waktu kontak sangat menentukan dalam proses adsorpsi. Semakin lama Waktu kontak memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik.
2.    Luas Permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang diserap, sehingga proses adsorpsi dapat semakin efektif. Semakin kecil ukuran diameter adsorben maka semakin luas permukaannya. Kapasitas adsorpsi total dari suatu adsorbat tergantung pada luas permukaan total adsorbennya.
3.    Jenis Adsorbat
a.    Peningkatan polarisabilitas adsorbat akan meningkatkan kemampuan adsorpsi molekul yang mempunyai polarisabilitas yang tinggi atau polar memiliki kemampuan tarik menarik terhadap molekul lain dibdaningkan molekul yang non polar.
b.    Peningkatan berat molekul adsorbat dapat meningkatkan kemampuan adsorpsi.
c. Adsorbat dengan rantai yang bercabang biasanya lebih mudah diadsorb dibdaningkan rantai yang lurus.
4.    Ukuran Molekul Adsorbat
Ukuran molekul adsorbat benar-benar penting dalam proses adsorpsi ketika molekul masuk ke dalam mikropori suatu partikel arang untuk diserap. Adsorpsi paling kuat ketika ukuran pori-pori adsorben cukup besar sehingga memungkinkan molekul adsorbat untuk masuk.
5.    Konsentrasi Adsorbat
Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak jumlah senyawa yang terkumpul pada permukaan adsorben.
6.    pH atau Power of Hydrogen
pH di mana proses adsorpsi terjadi menunjukkan pengaruh yang besar terhadap adsorpsi itu sendiri. Hal ini dikarenakan ion hidrogen sendiri diadsorpsi dengan kuat, sebagian karena pH mempengaruhi ionisasi dan karenanya juga mempengaruhi adsorpsi dari beberapa senyawa. Asam organik lebih mudah diadsorpsi pada pH rendah, sedangkan adsorpsi basa organik terjadi dengan mudah pada pH tinggi. pH optimum untuk kebanyakan proses adsorpsi harus ditentukan dengan uji laboratorium.
7.     Temperatur
Temperatur di mana proses adsorpsi terjadi akan mempengaruhi kecepatan dan jumlah adsorpsi yang terjadi. Kecepatan adsorpsi meningkat dengan meningkatnya temperatur, dan menurun dengan menurunnya temperatur. Namun demikian, ketika adsorpsi merupakan proses eksoterm, derajad adsorpsi meningkat pada suhu rendah dan akan menurun pada suhu yang lebih tinggi.
Jenis adsorben yang digunakan pada percobaan ini adalah arang aktif. Sejak perang dunia pertama arang aktif produksi dari peruraian kayu sudah dikenal sebagai adsorben atau penyerap yang efektif sehingga banyak dipakai sebagai adsorben pada topeng gas arang aktif adalah bahan berupa karbon bebas yang masing-masing berikatan secara kovalen atau arang yang telah dibuat dan diolah secara khusus melalui proses aktifasi, sehingga pori-porinya terbuka dan dengan demikian mempunyai daya serap yang besar terhadap zat-zat lainnya, baik dalam fase cair maupun dalam fase gas. Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat non-polar. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, dimana semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan. Karbon aktif ini cocok digunakan untuk mengadsorpsi zat-zat organik. Komposisi arang aktif terdiri dari Silika (SiO2), Karbon, kadar air dan kadar debu. Unsur Silika merupakan kadar bahan yang keras dan tidak mudah larut dalam air, maka khususnya silika yang bersifat sebagai pembersih partikel yang terkandung dalam air keruh dapat dibersihkan sehingga diperoleh air yang jernih.
Sifat arang aktif yang paling penting adalah daya serap. Untuk menghilangkan bahan-bahan terlarut dalam air, biasa menggunakan arang aktif dengan mengubah sifat permukaan partikel karbon melalui proses oksidasi. Partikel ini akan menyerap bahan-bahan organik dan akan terakomulasi pada bidang permukaannya. Pada umumnya ion organik dapat diturunkan dengan arang aktif.
Adsorpsi oleh arang aktif akan melepaskan gas, cairan dan zat padat dari larutan dimana kecepatan reaksi dan kesempurnaan pelepasan tergantung pada pH, suhu, konsentrasi awal, ukuran molekul, berat molekul dan struktur molekul. Penyerapan terbesar adalah pada pH rendah. Dalam Laboratorium Manual disebutkan bahwa pada umumnya kapasitas penyerapan arang aktif akan meningkat dengan turunnya pH dan suhu air. Pada pH rendah aktifitas dari bahan larut dengan larutan meningkat sehingga bahan-bahan larut untuk tertahan pada arang aktif lebih rendah.
Secara ringkas kegunaan karbon aktif dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya:
1.    Pada pengolahan air untuk penjernihan dan mengurangi kesadahan dengan menyerap bau, rasa, warna, kaporit, kapur dan logam berat.
2.    Pada pengolahan emas untuk menyerap konsentrasi emas dalam bentuk Carbon in Pulp (CIP), Carbon in Leach (CIL), Carbon in Clear Solution (CIC) biasanya dari batok kelapa mesh 8-25.
3.    Pada pemurnian gas dengan menyerap belerang, gas beracun, bau busuk, asap dan pencegahan racun.
4. Pada pengolahan limbah untuk menyerap Bahan Beracun Berbahaya (B3) yaitu menyerap Sianida yang terdapat pada limbah industri serat sintetik dalam bentuk Akrilonitril, petrokimia, baja, pertambangan dan pelapisan logam yaitu electroplating dengan cara merendam karbon aktif dengan larutan Cu2+ (0,5%) yang menghasilkan daya serap sianida menjadi 82% dalam waktu 2 jam.
5.  Untuk menyerap logam berat Raksa atau Hg, Cadmium atau Cd, Pb atau Timbal, Cromium atau Cr penyebab sakit kanker.
6.    Penyegar atau pembersih udara ruangan dari kandungan uap air atau gas berbau dan beracun, seperti pada mobil, kamar pendingin, botol obat-obatan serta peralatan-peralatan yang harus dilindungi dari proses perkaratan.
7.    Pada industri obat dan makanan sebagai penyaring, penghilang warna, bau dan rasa tidak enak pada makanan.
8.    Pada bidang perminyakan dipakai sebagai bahan penyulingan bahan mentah dan zat perantara.

5.3      Alat dan Bahan
5.3.1      Alat
·        Balp
·        Buret
·        Corong Gelas
·        Gelas Ukur
·        Kaki Tiga
·        Kasa Kawat
·        Labu Erlenmeyer
·        Pembakar Spiritus
·        Pipet Mohr
·        Spatula
·        Stopwatch
·        Tiang Statif

5.3.2      Bahan
·        Alumunium Foil
·        Arang Aktif 1 gr
·        HCl 1 M, 0,5 M, 0,25 M, 0,125 M
·        Indikator PP
·        Kertas Saring
·        NaOH 0,5 M

5.4      Prosedur Percobaan
1.    Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menyiapkan HCl dengan konsentrasi 1 M dan 0,125 M sebanyak 10 mL dengan menggunakan Pipet Mohr.
3.    Menaruh HCl 1 M dan 0,25 M ke Labu Erlenmeyer.
4.    Memasukan arang atau mencampurkan arang yang sudah aktif ke dalam larutan HCl.
5. Menutup HCl dengan Alumunium Foil, lalu mengocoknya selama 5 menit, dengan setiap menit mengistirahatkan kocokan selama 10 detik.
6.    Menyaring larutan tadi ke dalam Labu Erlenmeyer.
7.    Meneteskan Indikator PP pada HCl yang sudah disaring.
8.    Melakukan titrasi dari HCl menggunakan NaOH 0,5 M.
9.    Mengulangi langkah kedua sampai delapan dengan HCl 0,1 M dan   0,25 M.
10. Mencatat hasil dari setiap volume NaOH yang digunakan pada setiap titrasi.
11. Merapihkan alat dan bahan.
 5.5      Hasil Percobaan
5.5.1      Hasil Pengamatan
Tabel 5.1
Hasil Pengamatan Adsorpsi Menggunakan Arang Aktif
No
HCL (M)
NaOH
m
(g)
x
(g)
log
log
c
k
log
k
n
Awal
Akhir
M
V
1
1
?
0,5
11,8
1
1
1
0
?
?
?
?
2
0,5
?
0,5
5,7
1
1
1
0
?
?
?
?
3
0,25
?
0,5
2,8
1
1
1
0
?
?
?
?
4
0,125
?
0,5
1,6
1
1
1
0
?
?
?
?
Keterangan :
m         =  jumlah adsorban (gram)
x          =  jumlah zat yang teradsorpsi (gram)
c          =  konsentrasi zat terlarut atau konsentrasi akhir    
                larutan (M)
k          =  koefisien Freunlich
5.5.2      Pengolahan Data
a.    Larutan HCl 1 M
Diketahui         :
·        VNaOH      =  11,8 mL
·        MNaOH     =  0,5 M
·        VHCl          =  10 mL
·        m                =  1 gram
·        x                 =  1 gram
·                     =  1
·        log         =  0
Ditanya            :
·        MHCl          =  ....?
·        log c           =  ....?
·        k                 =  ....?
·        log k           =  ....?
·        n                 =  ....?
Jawab              :
·        MHCl          = 
               = 
               =  0,59 M
·        log c           =  log (0,59)
             =  - 0,23
·        k                 = 
               = 
                   =  1,69
·        log k           =  log (1,69)
             =  0,23
·        n                 = 
               = 
               =  1
b.    Larutan HCl 0,5 M
Diketahui         :
·        VNaOH      =  5,7 mL
·        MNaOH     =  0,5 M
·        VHCl          =  10 mL
·        m                =  1 gram
·        x                 =  1 gram
·                     =  1
·        log         =  0
Ditanya            :
·        MHCl          =  ....?
·        log c           =  ....?
·        k                 =  ....?
·        log k           =  ....?
·        n                 =  ....?
Jawab              :
·        MHCl          = 
               = 
               =  0,29 M
·        log c           =  log (0,29)
             =  - 0,54
·        k                 = 
               = 
                   =  3,45
·        log k           =  log (3,45)
             =  0,54
·        n                 = 
               = 
               =  1
c.    Larutan HCl 0,25 M
Diketahui         :
·        VNaOH      =  2,8 mL
·        MNaOH     =  0,5 M
·        VHCl          =  10 mL
·        m                =  1 gram
·        x                 =  1 gram
·                     =  1
·        log         =  0
Ditanya            :
·        MHCl          =  ....?
·        log c           =  ....?
·        k                 =  ....?
·        log k           =  ....?
·        n                 =  ....?
Jawab              :
·        MHCl          = 
               = 
               =  0,14 M
·        log c           =  log (0,14)
             =  - 0,85
·        k                 = 
               = 
                   =  7,14
·        log k           =  log (7,14)
             =  0,85
·        n                 = 
               = 
               =  1
d.    Larutan HCl 0,125 M
Diketahui         :
·        VNaOH      =  1,6 mL
·        MNaOH     =  0,5 M
·        VHCl          =  10 mL
·        m                =  1 gram
·        x                 =  1 gram
·                     =  1
·        log         =  0
Ditanya            :
·        MHCl          =  ....?
·        log c           =  ....?
·        k                 =  ....?
·        log k           =  ....?
·        n                 =  ....?
Jawab              :
·        MHCl          = 
               = 
               =  0,08 M
·        log c           =  log (0,08)
             =  - 1,10
·        k                 = 
               = 
                   =  12,5
·        log k           =  log (12,5)
             =  1,10
·        n                 = 
               = 
               =  1

Tabel 5.2
Hasil Pengolahan Data Adsorpsi Menggunakan Arang Aktif
No
HCL (M)
NaOH
m
(g)
x
(g)
log
log
c
k
log
k
n
Awal
Akhir
M
V
1
1
0,59
0,5
11,8
1
1
1
0
- 0,23
1,69
0,23
1
2
0,5
0,29
0,5
5,7
1
1
1
0
- 0,54
3,45
0,54
1
3
0,25
0,14
0,5
2,8
1
1
1
0
- 0,85
7,14
0,85
1
4
0,125
0,08
0,5
1,6
1
1
1
0
- 1,10
12,5
1,10
1
Kesimpulan Tabel:
Dari hasil percobaan adsorpsi menggunakan arang aktif didapatkan hasil: pada percobaan HCl (Asam klorida) 1 M didapatkan konsentrasi akhir HCl (Asam klorida) sebesar 0,59 M, konsentrasi NaOH (Natrium hidroksida) 0,5 M, volumenya 11,8 mL, jumlah adsorban 1 gram, jumlah zat yang teradsorpsi 1 gram,  adalah 1, log  yaitu 1, log c yaitu –0,23, k yaitu 1,69, log k sebesar 0,23 dan n bernilai 1.
Pada percobaan kedua, dengan HCl (Asam klorida) 0,5 M didapatkan konsentrasi akhir HCl (Asam klorida) sebesar 0,29 M, konsentrasi NaOH (Natrium hidroksida) 0,5 M, volumenya 5,7 mL, jumlah adsorban 1 gram, jumlah zat yang teradsorpsi 1 gram,  adalah 1, log  yaitu 1, log c yaitu –0,54, k yaitu 3,45, log k sebesar 0,54 dan n bernilai 1.
Pada percobaan ketiga, dengan HCl (Asam klorida) 0,25 M didapatkan konsentrasi akhir HCl (Asam klorida) sebesar 0,14 M, konsentrasi NaOH (Natrium hidroksida) 0,5 M, volumenya 2,8 mL, jumlah adsorban 1 gram, jumlah zat yang teradsorpsi 1 gram,  adalah 1, log  yaitu 1, log c yaitu –0,85, k yaitu 7,14, log k sebesar 0,85 dan n bernilai 1.
Pada percobaan keempat, dengan HCl (Asam klorida) 0,125 M didapatkan konsentrasi akhir HCl (Asam klorida) sebesar 0,08 M, konsentrasi NaOH (Natrium hidroksida) 0,5 M, volumenya 1,6 mL, jumlah adsorban 1 gram, jumlah zat yang teradsorpsi 1 gram,  adalah 1, log  yaitu 1, log c yaitu –1,10, k yaitu 12,5, log k sebesar 1,10 dan n bernilai 1.

Grafik 4.1
k terhadap c
Pembacaan grafik 4.1 yaitu hubungan k terhadap c mengalami penurunan. pada k sebesar 1,69, maka c sebesar 0,59. Pada k sebesar 3,45, maka c sebesar 0,29. Pada k sebesar 7,14, maka c sebesar 0,14. Dan pada k sebesar 12,5, maka c sebesar 0,08.

Grafik 4.2
log c terhadap log
Pembacaan grafik 4.2 yaitu hubungan log c terhadap log , log c tidak mempengaruhi nilai log .

5.6      Pembahasan
Praktikum keempat ini berjudul Adsorpsi Menggunakan Arang Aktif, bertujuan untuk mengetahui fenomena pengurangan konsentrasi HCL (Asam klorida) dengan menggunakan arang aktif, mengetahui cara atau metode percobaan adsorpsi menggunakan arang aktif, mengetahui fungsi arang aktif dalam pengurangan konsentrasi suatu larutan, mengetahui grafik hubungan koefisien Freunlich terhadap konsentrasi zat terlarut, serta untuk mengetahui isoterm adsorpsi menurut Freunlich bagi proses adsorpsi Asam klorida pada arang.
Adsorpsi adalah pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan zat lain sebagai akibat dari pada ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaan tersebut. Karbon aktif atau arang aktif adalah salah satu jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar.
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu Balp, Buret, Corong Gelas, Gelas Ukur, Kaki Tiga, Kasa Kawat, Labu Erlenmeyer, Pembakar Spiritus, Pipet Mohr, Spatula, Stopwatch dan Tiang Statif. Sedangkan bahan yang digunakan, meliputi Alumunium Foil, Arang Aktif 1 gr, HCl (Asam klorida) dengan konsentrasi 1 M, 0,5 M, 0,25 M, 0,125 M, Indikator Phenolphthalein, Kertas Saring dan NaOH (Natrium hidroksida) dengan konsentrasi 0,5 M.
Prosedur praktikum dimulai dari menyiapkan alat dan bahan. Lalu menyiapkan HCl (Asam klorida) dengan konsentrasi 1 M dan 0,125 M sebanyak 10 mL dengan menggunakan Pipet Mohr. Kemudian menaruh HCl (Asam klorida) 1 M dan 0,25 M ke Labu Erlenmeyer. Selanjutnya memasukan arang atau mencampurkan arang yang sudah aktif ke dalam larutan HCl (Asam klorida). Setelah itu menutup HCl (Asam klorida) dengan Alumunium Foil, lalu mengocoknya selama 5 menit, dengan setiap menit mengistirahatkan kocokan selama 10 detik. Kemudian menyaring larutan tadi ke dalam Labu Erlenmeyer. Dan meneteskan Indikator Phenolphthalein  pada HCl (Asam klorida) yang sudah disaring. Kemudian melakukan titrasi dari HCl (Asam klorida) menggunakan NaOH (Natrium hidroksida) 0,5 M. Dan mengulangi langkah-langkah diatas dengan HCl (Asam klorida) berkonsentrasi 0,1 M dan 0,25 M. Lalu mencatat hasil dari setiap volume NaOH (Natrium hidroksida) yang digunakan pada setiap titrasi. Dan langkah terakhir yaitu merapihkan alat dan bahan.
Dari hasil percobaan adsorpsi menggunakan arang aktif didapatkan hasil: pada percobaan HCl (Asam klorida) 1 M didapatkan konsentrasi akhir HCl (Asam klorida) sebesar 0,59 M, konsentrasi NaOH (Natrium hidroksida) 0,5 M, volumenya 11,8 mL, jumlah adsorban 1 gram, jumlah zat yang teradsorpsi 1 gram,  adalah 1, log  yaitu 1, log c yaitu –0,23, k yaitu 1,69, log k sebesar 0,23 dan n bernilai 1.
Pada percobaan kedua, dengan HCl (Asam klorida) 0,5 M didapatkan konsentrasi akhir HCl (Asam klorida) sebesar 0,29 M, konsentrasi NaOH (Natrium hidroksida) 0,5 M, volumenya 5,7 mL, jumlah adsorban 1 gram, jumlah zat yang teradsorpsi 1 gram,  adalah 1, log  yaitu 1, log c yaitu –0,54, k yaitu 3,45, log k sebesar 0,54 dan n bernilai 1.
Pada percobaan ketiga, dengan HCl (Asam klorida) 0,25 M didapatkan konsentrasi akhir HCl (Asam klorida) sebesar 0,14 M, konsentrasi NaOH (Natrium hidroksida) 0,5 M, volumenya 2,8 mL, jumlah adsorban 1 gram, jumlah zat yang teradsorpsi 1 gram,  adalah 1, log  yaitu 1, log c yaitu –0,85, k yaitu 7,14, log k sebesar 0,85 dan n bernilai 1.
Pada percobaan keempat, dengan HCl (Asam klorida) 0,125 M didapatkan konsentrasi akhir HCl (Asam klorida) sebesar 0,08 M, konsentrasi NaOH (Natrium hidroksida) 0,5 M, volumenya 1,6 mL, jumlah adsorban 1 gram, jumlah zat yang teradsorpsi 1 gram,  adalah 1, log  yaitu 1, log c yaitu –1,10, k yaitu 12,5, log k sebesar 1,10 dan n bernilai 1.
Pembacaan grafik 4.1 yaitu hubungan k terhadap c mengalami penurunan. pada k sebesar 1,69, maka c sebesar 0,59. Pada k sebesar 3,45, maka c sebesar 0,29. Pada k sebesar 7,14, maka c sebesar 0,14. Dan pada k sebesar 12,5, maka c sebesar 0,08.
Pembacaan grafik 4.2 yaitu hubungan log c terhadap log  , log c tidak mempengaruhi nilai log .
Dalam melakukan percobaan ini terdapat beberapa kesalahan diantaranya yaitu pada saat arang aktif tidak langsung dimasukan ke dalam Labu Erlenmeyer sehingga akan mempengaruhi nilai titrasi larutan. Dan volume NaOH (Natrium hidroksida) yang tidak tepat sehingga hasil titrasi juga kurang akurat.
5.7      Kesimpulan
Pada percobaan Adsorpsi Menggunakan Arang Aktif dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.    Adsorbsi adalah pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan zat lain sebagai akibat daripada ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaan tersebut.
2.    Arang aktif merupakan suatu jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar.
3.    Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu Balp, Buret, Corong Gelas, Gelas Ukur, Kaki Tiga, Kasa Kawat, Labu Erlenmeyer, Pembakar Spiritus, Pipet Mohr, Spatula, Stopwatch dan Tiang Statif.
4.    Bahan yang digunakan, meliputi Alumunium Foil, Arang Aktif 1 gr, HCl (Asam klorida) dengan konsentrasi 1 M, 0,5 M, 0,25 M, 0,125 M, Indikator Phenolphthalein, Kertas Saring dan NaOH (Natrium hidroksida) dengan konsentrasi 0,5 M.
5.    Konsentrasi awal HCl (Asam klorida) yaitu 1 M, 0,5 M, 0,25 M dan 0,125 M.
6.    Konsentrasi akhir HCl (Asam klorida), yaitu:
·        Yang pertama 0,59 M.
·        Yang kedua 0,29 M.
·        Yang ketiga 0,14 M.
·        Yang keempat 0,08 M.
7.    Pada percobaan ini NaOH (Natrium hidroksida) yang dipakai untuk menitrasi larutan memiliki konsentrasi 0,5 M.
8.    Volume NaOH (Natrium hidroksida) yang digunakan untuk titrasi sebesar:
·        Percobaan pertama sebesar 11,8 mL.
·        Percobaan kedua sebesar 5,7 mL.
·        Percobaan ketiga sebesar 2,8 mL.
·        Percobaan keempat sebesar 1,6 mL.

9.    Pembacaan grafik 4.1 hubungan k terhadap c:
·        Saat k bernilai 1,69 maka c bernilai 0,59.
·        Saat k bernilai 3,45 maka c bernilai 0,29.
·        Saat k bernilai 7,14 maka c bernilai 0,14.
·        Saat k bernilai 12,5 maka c bernilai 0,08.
10. Pembacaan grafik 4.2 hubungan log c terhadap log  yaitu dengan nilai log c sebesar -0,23, -0,54, -0,85 dan -1,10 maka nilai log c yang didapatkan sama dengan 0 atau tetap.

Hearts, Unknown

♥ Past / Future ♥

gambling