♔Laporan Praktikum Kimia Dasar II Distilasi Uap♔
Rabu, 27 Agustus 2014 | 12.59 | 0 love drops
BAB II
DISTILASI UAP
2.1 Tujuan
1.
Mengetahui
pemisahan senyawa dengan metode distilasi uap.
2.
Mengetahui
wawasan tentang distilasi uap.
3.
Mengetahui
volume Etanol murni setelah proses distilasi.
4.
Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi proses distilasi.
5. Mengetahui cara penggunaan peralatan
lengkap distilasi.
2.2 Dasar
Teori
Distilasi pertama kali diperkenalkan
oleh seorang kimiawan Babilonia di Mesopotamia pada millennium ke-2 sebelum masehi. Namun untuk industri dibawa oleh
kimiwan muslim dalam proses mengisolasi Ester untuk membuat parfum. Pada abad ke-8 kimiawan muslim juga berhasil
mendapatkan substan kimia yang benar-benar murni melalui proses distilasi. Pada
tahun 800-an ahli kimia Persia, Jabir Ibnu Hayam menjadi insprasi dalam distilasi skala mikro,
karena penemuannya di bidang distilasi yang masih dipakai sampai sekarang. Petroleum pertama kali di distilasi oleh
kimiawan muslim yang bernama Al-Razi pada
abad ke-9, untuk distilasi kerosin
atau minyak tanah pertama ditemukan oleh Avicenna
pada awal abad ke-11.
Distilasi adalah suatu proses
pemurnian yang didahului dengan penguapan senyawa cair dengan cara
memanaskannya, kemudian mengembunkan uap yang terbentuk. Prinsip dasar dari distilasi
adalah perbedaan titik didih dari zat-zat cair dalam campuran zat cair tersebut
sehingga zat ataupun senyawa yang memiliki titik didih terendah akan menguap
lebih dahulu, kemudian apabila didinginkan akan mengembun dan menetes sebagai
zat murni atau yang disebut destilat. Distilasi digunakan untuk memurnikan zat
cair, yang didasarkan atas perbedaan titik didih cairan. Pada proses ini cairan
berubah menjadi uap. Uap ini adalah zat murni. Kemudian uap ini didinginkan
pada pendinginan ini, uap mengembun manjadi cairan murni yang disebut destilat.
Distilasi merupakan suatu proses
pemisahan dua atau lebih komponen zat cair berdasarkan pada titik didih. Secara
sederhana destisi dilakukan dengan memanaskan atau menguapkan zat cair lalu uap
tersebut didinginkan kembali supaya jadi cair dengan bantuan kondensor. Distilasi
digunakan untuk memurnikan zat cair, yang didasarkan atas perbedaan titik didih
cairan. Pada proses ini cairan berubah menjadi uap. Uap ini adalah zat murni.
Kemudian uap ini didinginkan pada pendingin ini, uap mengembun manjadi cairan
murni yang disebut destilat. Destilat dapat digunakan untuk memperoleh pelarut
murni dari larutan yang mengandung zat terlarut misalnya distilasi air laut menjadi air murni .
Dalam proses distilasi terdapat dua tahap proses yaitu
tahap penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi
cairan penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi
cairan atau padatan. Atas
dasar ini maka perangkat peralatan distilasi menggunakan alat pemanas dan alat
pendingin. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa.
Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan,
masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya.
Hasil distilasi disebut destilat dan sisanya disebut
residu. Jika hasil distilasinya berupa air, maka disebut sebagai aquadestilat atau
aquadest.
Selain itu
salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah pemisahan minyak
mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus, seperti untuk
transportasi, pembangkit listrik, pemanas dan lain-lain. Udara didistilasi
menjadi komponen-komponen seperti Oksigen untuk penggunaan medis dan Helium
untuk pengisi balon. Distilasi juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatan
Alkohol dengan penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk
menghasilkan minuman suling.
Ada beberapa
jenis distilasi, diantaranya:
1.
Distilasi Sederhana
Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah
perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat
volatil. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih
rendah akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu
kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi
distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol.
Distilasi sederhana
atau distilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau
lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran
dapat dipisahkan dengan distilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murninya.
Senyawa senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap pada saat
mencapai titik didih masing – masing.
.
Gambar 2.1 Alat Distilasi Sederhana
Gambar di atas
merupakan alat distilasi atau yang disebut destilator. Yang terdiri dari Thermometer, Labu Didih, Steel Head, pemanas atau Pembakar
Spiritus, Kondensor, dan Labu Distilat. Thermometer
Biasanya digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang didistilasi selama
proses distilasi berlangsung. Seringnya thermometer
yang digunakan harus memenuhi syarat:
a.
Berskala suhu tinggi
yang diatas titik didih zat cair yang akan didistilasi.
b.
Ditempatkan pada labu
distilasi atau steel head dengan ujung atas reservoir HE sejajar dengan pipa
penyalur uap ke kondensor.
Labu Didih berfungsi
sebagai tempat suatu campuran zat cair yang akan didistilasi. Steel Head berfungsi sebagai penyalur
uap atau gas yang akan masuk ke alat pendingin atau yang disebut Kondensor dan biasanya Labu Distilasi dengan
leher yang berfungsi sebagai Steel Head.
Kondensor memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan celah keluar yang berfungsi
untuk aliran uap hasil reaksi dan untuk aliran air keran.
Pendingin yang
digunakan biasanya adalah air yang dialirkan dari dasar pipa, tujuannya adalah
agar bagian dari dalam pipa lebih lama mengalami kontak dengan air sehingga
pendinginan lebih sempurna dan hasil yang diperoleh lebih sempurna. Penampung
destilat bisa berupa Labu Erlenmeyer ataupun
tabung reaksi tergantung pemakaiannya.
Pemisahan senyawa
dengan distilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap senyawa dalam campuran.
Tekanan uap campuran diukur sebagai kecenderungan molekul dalam permukaan
cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu dinaikkan, tekanan uap cairan akan
naik sampai tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer. Pada keadaan
itu cairan akan mendidih. Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan
uap atmosfer disebut titik didih. Cairan yang mempunyai tekanan uap yang lebih
tinggi pada suhu kamar akan mempnyai titik didih lebih rendah daripada cairan
yang tekanan uapnya rendah pada suhu kamar.
Jika campuran berair
didihkan, komposisi uap di atas cairan tidak sama dengan komposisi pada
cairan. Uap akan kaya dengan senyawa yang lebih volatile atau komponen dengan
titik didih lebih rendah. Jika uap di atas cairan terkumpul dan dinginkan, uap
akan terembunkan dan komposisinya sama dengan komposisi senyawa yang terdapat
pada uap yaitu dengan senyawa yang mempunyai titik didih lebih rendah. Jika
suhu relative tetap, maka destilat yang terkumpul akan mengandung senyawa murni
dari salah satu komponen dalam campuran.
2. Distilasi Fraksionisasi
Fungsi distilasi
fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair,
dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Distilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih
kurang dari 20 °C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan
pada industri minyak mentah, untuk memisahkan
komponen-komponen dalam minyak mentah.
Perbedaan distilasi
fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom
ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu
yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini
bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari
plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya.
3. Distilasi Uap
Distilasi uap
digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat
menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari distilasi uap adalah
dapat mendistilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa
campurannya. Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak
larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat didistilasi dengan
air. Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam
seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau
jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.
Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran dan mungkin ditambah
juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke atas menuju ke kondensor dan akhirnya masuk
ke Labu Distilat.
4. Distilasi Vakum
Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang
ingin didistilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau
mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas
150 °C. Metode distilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan
titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air
dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk
mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem
distilasi ini.
Proses distilasi ini memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan, diantaranya sebagai berikut:
a.
Kelebihan Proses Distilasi
·
Dapat memisahkan zat dengan perbedaan titik didih yang
tinggi.
·
Produk yang dihasilkan benar-benar murni.
b.
Kekurangan Proses Distilasi
·
Berlaku hanya untuk zat dengan fase cair dan gas.
·
Hanya dapat memisahkan zat yang memiliki perbedaan
titik didih yang besar.
·
Biaya penggunaan untuk proses distilasi ini relatif
mahal.
2.3 Alat
dan Bahan
2.3.1 Alat
·
Corong
Gelas
·
Gelas
Ukur
·
Kaki
Tiga
·
Kasa
Kawat
·
Labu
Distilasi
·
Labu
Satu Leher
·
Pembakar
Spiritus
·
Pipet
Tetes
·
Tabung
Kondensor
·
Termometer
Batang
·
Tiang
Statif
2.3.2 Bahan
·
Air
·
Alumunium
Foil
·
Etanol
70%
2.3.3 Gambar
Rangkaian Alat
Gambar 3.2 Rangkaian
Alat Distilasi Uap
2.4 Prosedur
Percobaan
1.
Menyiapkan
alat dan bahan
2.
Memasukan
Etanol 70% sebanyak 10 ml kedalam Gelas Ukur.
3.
Memasukan
Etanol 70% kedalam Labu Distilasi.
4.
Memasukan
Termometer Batang kedalam Labu Distilasi.
5.
Merangkai
Labu Distilasi dan Labu Satu Leher pada Tabung Kondensor.
6. Memanaskan Labu Distilasi dengan menggunakan
Kompor Spiritus dan menjaga suhu pada 70°C - 80°C.
7.
Mensirkulasi
air pada saat pemasangan berlangsung tanpa jeda.
8.
Melihat
hasil distilasi sampai tidak adanya larutan yang menetes lagi.
9.
Mengukur
banyaknya Etanol murni pada Gelas Ukur lalu mencatat hasilnya.
10. Merapihkan alat dan bahan yang telah
digunakan dalam praktikum.
2.5 Hasil
Percobaan
2.5.1 Hasil
Pengamatan
Tabel 2.1
Hasil Pengamatan Distilasi Uap
Etanol
|
Persentase Keberhasilan
|
||
Sebelum Distilasi
|
Sesudah Distilasi
|
Teoritis
|
|
10 mL
|
?
|
?
|
?
|
2.5.2 Pengolahan
Data
a. Volume
Etanol Teoritis
Diketahui :
·
Volume
Sebelum = 10 mL
·
%
Etanol = 70%
Ditanya :
·
Volume
Etanol Teoritis = ...?
Jawab :
·
Volume
Etanol Teoritis = Volume sebelum x % Etanol
= 10 mL x 70%
= 7 mL
b. Persentase
Keberhasilan
Diketahui :
·
Volume
Setelah Distilasi = 10 mL
·
Volume
Etanol Teotitis= 70%
Ditanya :
·
Persentase
Keberhasilan = ...?
Jawab :
·
Persentase
Keberhasilan = x
100%
= x
100%
= 85,71%
Tabel 2.2
Hasil Pengolahan Data Distilasi Uap
Etanol
|
Persentase
Keberhasilan
|
||
Sebelum Distilasi
|
Sesudah Distilasi
|
Teoritis
|
|
10 mL
|
6 mL
|
7 mL
|
85,71%
|
2.6 Pembahasan
Dalam
melakukan percobaan pertama tentang Distilasi Uap bertujuan untuk mengetahui pemisahan
senyawa dengan metode distilasi uap, mengetahui wawasan tentang distilasi uap,
mengetahui volume Etanol murni setelah proses distilasi, mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi proses distilasi, serta mengetahui cara
penggunaan peralatan lengkap distilasi.
Distilasi
adalah suatu proses pemurnian yang didahului dengan penguapan senyawa cair
dengan cara memanaskannya, kemudian mengembunkan uap yang terbentuk.
Alat yang
digunakan pada praktikum ini Corong Gelas, Gelas Ukur, Kaki Tiga, Kasa Kawat, Labu Distilasi, Labu Satu
Leher, Pembakar Spiritus, Pipet Tetes, Tabung Kondensor, Termometer Batang dan Tiang
Statif. Bahan yang digunakan Air, Alumunium Foil dan Etanol 70%.
Dalam
melakukan praktikum ini, langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat
dan bahan, lalu memasukan Etanol 70% sebanyak 10 ml kedalam Gelas Ukur. Setelah
itu memasukan Etanol 70% kedalam Labu Distilasi. Kemudian memasukan Termometer
Batang kedalam Labu Distilasi. Selanjutnya merangkai Labu Distilasi dan Labu Satu
Leher pada Tabung Kondensor. Setelah itu memanaskan Labu Distilasi dengan
menggunakan Kompor Spiritus dan menjaga suhu pada 70°C - 80°C. Jika sudah, mensirkulasi
air pada saat pemasangan berlangsung tanpa jeda. Langkah selanjutnya yaitu melihat
hasil distilasi sampai tidak adanya larutan yang menetes lagi. Lalu mengukur
banyaknya Etanol murni pada Gelas Ukur lalu mencatat hasilnya. Dan langkah
terakhir yaitu merapihkan alat dan bahan yang telah digunakan dalam praktikum.
Hasil
pengamatan yang didapat yaitu volume Etanol 70% sebelum didistilasi sebanyak 10
mL. Kemudian setelah melakukan percobaan dapat diketahui volume Etanol sesudah
distilasi dan teoritis. Volume Etanol setelah distilasi yaitu 6 mL dan
teoritisnya 7 mL. Melalui data-data tersebut dapat diketahui persentase
keberhasilan sebesar 85,71 persen.
Dalam melakukan Praktikum Distilasi
Uap, terdapat beberapa kesalahan antara lain, yaitu sirkulasi air yang berhenti
atau tidak terus menerus, serta kurang mengetahui proses didtilasi selesai
sehingga volumenya menjadi kurang akurat.
2.7 Kesimpulan
Pada percobaan
Distilasi Uap dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Distilasi
adalah suatu proses pemurnian yang didahului dengan penguapan senyawa cair
dengan cara memanaskannya, kemudian mengembunkan uap yang terbentuk.
2.
Alat
yang digunakan pada praktikum ini Corong Gelas, Gelas Ukur, Kaki Tiga, Kasa Kawat, Labu Distilasi, Labu Satu
Leher, Pembakar Spiritus, Pipet Tetes, Tabung Kondensor, Termometer Batang dan
Tiang Statif.
3.
Bahan
yang digunakan Air, Alumunium Foil dan Etanol 70%.
4.
Prinsip
dasar teori Distilasi Uap adalah perbedaan titik didih dari zat-zat cair dalam
campuran zat cait tersebut sehingga zat (senyawa) yang memiliki titik didh
terendah akan menguap terlebih dahulu dan kemudian apabila didinginkan akan
mengembun atau menetes sebagai zat murni (distilat).
5.
Etanol
yang digunakan adalah Etanol 70%, yang berarti mengandung Etanol murni sebanyak
70% dan 30% air.
6.
Volume
Etanol sebelum distilasi sebanyak 10 mL.
7.
Volume
Etanol setelah distilasi sebanyak 6 mL.
8.
Volume
Etanol teoritis yaitu 7 mL.
9.
Persentase
keberhasilan dalam percobaan ini yaitu sebesar 85,71%.
10. Keuntungan proses distilasi, yaitu:
·
Dapat
memisahkan zat dengan perbedaan titik didih yang tinggi.
·
Produk
yang dihasilkan benar-benar murni.
11. Kerugian proses distilasi, yaitu:
·
Berlaku
hanya untuk zat dengan fase cair dan gas.
·
Hanya
dapat memisahkan zat yang memiliki perbedaan titik didih yang besar.
·
Biaya
penggunaan alat- alat ini relatif mahal.
Hearts, Unknown