\ Teacup Heart
♔Laporan Resmi Praktikum Kimia Dasar II "Kelarutan sebagai Fungsi Suhu"♔
Minggu, 31 Agustus 2014 | 10.53 | 0 love drops


BAB IV
KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
4.1      Tujuan
1.    Mengetahui pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat.
2.    Mengetahui reaksi yang terjadi pada suatu kelarutan.
3.    Mengetahui pengertian kelarutan.
4.    Mengetahui faktor-faktor kelarutan sebagai fungsi suhu.
5.    Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi kelarutan.

4.2      Dasar Teori
Menurut Hoedijono tahun 1990, yang dimaksud dengan kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut, adalah banyaknya suatu zat dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada kondisi tertentu. Biasanya dinyatakan dalam satuan mol/liter. Jadi bila batas kelarutan tercapai, maka zat yang dilarutkan itu dalam batas kesetimbangan, artinya bila zat terlarut ditambah, maka akan terjadi larutan jenuh, bila zat yang dilarutkan dikurangi, akan terjadi larutan yang belum jenuh. Dan kesetimbangan tergantung pada suhu pelarutan.
Menurut Supeno, 2006 pada larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat yang tidak terlarut. Dalam kesetimbangan ini kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap, yang berarti konsentrasi zat dalam larutan akan selalu tetap. Proses kesetimbangan ini akan bergeser apabila dilakukan suatu perubahan yang dikenakan pada sistem tersebut. Larutan jenuh merupakan larutan dimana zat terlarutnya baik molekul ataupun ion telah maksimum pada suhu tertentu. Untuk zat elektrolit yang sukar larut, larutan jenuhnya dicirikan oleh nilai Ksp. Nilai Ksp pada suhu 250°C telah di daftar. Menurut Mulyono, jika larutan mengandung zat terlarutnya melebihi jumlah maksimum kelarutannya pada suhu tertentu, maka dikatakan bahwa larutan telah lewat jenuh.
Suatu substansi dapat dikelompokan sangat mudah larut, dapat larut atau moderately soluble, sedikit larut atau slightly soluble, dan tidak dapat larut. Beberapa variabel, misalnya ukuran ion-ion, muatan dari ion-ion, interaksi antara ion-ion, interaksi antara solute dan solvent, temperatur, mempengaruhi kelarutan. Kelarutan dari solute relatif mudah diukur melalui percobaan. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kelarutan antara lain:
1.    Sifat alami dari solute dan solvent.
Substansi polar cenderung lebih miscible atau soluble dengan substansi polar lainnya. Substansi nonpolar cenderung untuk miscible dengan substansi nonpolar lainnya, dan tidak miscible dengan substansi polar lainnya.
2.    Efek dari temperatur terhadap kelarutan.
Kebanyakan zat terlarut mempunyai kelarutan yang terbatas pada sejumlah solvent tertentu dan pada temperatur tertentu pula. Temperatur dari solvent memiliki efek yang besar dari zat yang telah. Untuk kebanyakan padatan yang terlarut pada liquid, kenaikkan temperatur akan berdampak pada kenaikkan kelarutan (solubilitas).
3.    Efek tekanan pada kelarutan.
Perubahan kecil dalam tekanan memiliki efek yang kecil pada kelarutan dari padatan dalam cairan tetapi memiliki efek yang besar pada kelarutan gas dalam cairan. Kelarutan gas dalam cairan berbanding langsung pada tekanan dari gas diatas larutan. Sehingga sejumlah gas yang terlarut dalam larutan akan menjadi dua kali lipat jika tekanan dari gas diatas larutan adalah dua kali lipat.
4.    Kelajuan dari zat terlarut.
Menurut Sukardjo, 1997 kelajuan dimana zat padat terlarut dipengaruhi oleh:
a.    Ukuran partikel.
b.    Temperatur dari solvent.
c.    Pengadukan dari larutan.
d.    Konsentrasi dari larutan.
Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan–bahan lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya. Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai arti penting yang praktis dalam anlisis anorganik kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer; perubahan yang sedikit dari tekanan atmosfer tak mempunyai pengaruh yang berarti atas kelarutan. Terlebih penting adalah perubahan kelarutan dengan suhu. Umumnya dapat dikatakan bahwa kelarutan endapan bertambah besar dengan kenaikan suhu ,meskipun dalam beberapa hal yang istimewa (seperti Kalium sulfat) terjadi hal yang sebaliknya. Laju kenaikan dengan suhu berbeda-beda dalam beberapa hal sangat kecil sekali dalam hal-hal lainnya sangat besar.
Kelarutan zat menurut suhu sangat berbeda-beda. Pada suhu tertentu larutan jenuh yang bersentuhan dengan zat terlarut dengan zat yang tidak terlarut dalam larutan itu adalah sebuah contoh mengenai kesetimbangan dinamik karena dihadapkan dengan sistem kesetimbangan, dapat digunakan prinsip Le chatelier, untuk menganalisis bagaimana gangguan pada sistem akan mempengaruhi kedudukan kesetimbangan. Gangguan ini antara lain perubahan pada suhu ini cenderung menggeser kesetimbangan ke arah penyerap kalor.
Jika pelarut dari zat terlarut lebih banyak hal ini merupakan suatu peristiwa endoterm, dengan larutan (I2) atau larutan yang kedua lebih pekat dibandingkan larutan (I1) atau larutan yang pertama, maka kenaikan suhu akan mempengaruhi tingkat suatu kelarutan. Dengan kata lain, kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan, hal ini disebabkan karena meningkatnya suhu itu sendiri. Untuk kebanyakan padatan dan cairan yang dilarutkan dalam pelarut cairan, biasanya kelarutannya meningkat dengan adanya kenaikan suatu suhu.
Untuk gas sendiri pembentukan larutan dalam cairan hampir selalu bersifat eksoterm, dimana peningkatan suatu suhu malah akan mengusir atau menghilangkan gas dan larutan. Hal tersebut karena pergeseran yang terjadi kearah kiri adalah peristiwa endoterm, karena itu yang menyebabkan gas hampir selalu menjadi kurang terlarut dalam cairan jika suhunya dinaikan.
Pada reaksi endoterm, konstanta kesetimbangan akan naik seiring dengan terjadinya kenaikan temperatur. Dan sebaliknya pada reaksi eksoterm, konstanta kesetimbangan akan turun seiring dengan kenaikan temperatur.
Menurut Martin tahun 1991, larutan dibagi menjadi tiga, diantaranya yaitu:
1.    Larutan jenuh
Yaitu suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat atau zat terlarut.
2.    Larutan hampir jenuh atau tidak jenuh
Yaitu suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu.
3.    Larutan lewat jenuh
Yaitu suatu kelarutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak terlarut.
Pada larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat yang tidak terlarut. Dalam kesetimbangan yang terjadi, kecepatan melarut akan sama dengan kecepatan pada saat terjadi pengendapan. Artinya konsentrasi suatu zat dalam larutan akan selalu sama.
Larutan tak jenuh merupakan larutan yang mengandung solute atau zat yang dapat terlarut kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh atau larutan yang partikel-partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi.
Sedangkan larutan jenuh sendiri merupakan larutan yang lebih banyak solute daripada jumlah yang diperlukan untuk membuat larutan menjadi jenuh atau dengan kata lain larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga akan terjadi endapan didalam suatu larutan.
Suatu larutan jenuh merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan tersebut akan bergeser bila suhu atau temperatur dinaikan. Menurut Syukri tahun 1999, pada umumnya suhu atau temperatur yang dinaikan akan mempengaruhi suatu kelarutan pada zat padat dalam larutan akan menjadi lebih banyak atau bertambah. 
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1.    Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding solvent.
2.    Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.
Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat padat dan zat cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas.
Sedangkan menurut Atkins tahun 1999, kelarutan adalah jumlah zatyang dapat larut dalam sejumlah pelarut hingga membentuk larutan jenuh. Adapun cara menentukan kelarutan suatu zat ialah dengan mengambil sejumlah tertentu pelarut murni, misalnya 1 liter.
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu atau temperatur benda tersebut. Suhu juga disebut temperatur yang dapat diukur dengan alat termometer yang paling dikenal adalah Celsius, Reamur, Fahrenheit dan Kelvin. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid. Pada abad 17 terdapat 30 jenis skala yang membuat para ilmuan kebingungan. Hal ini memberikan inspirasi pada Anders Celcius (17011744) sehingga pada tahun 1742 dia memperkenalkan skala yang digunakan sebagai pedoman pengukuran suhu. Skala ini diberi nama sesuai dengan namanya yaitu Skala Celcius. Apabila benda didinginkan terus maka suhunya akan semakin dingin dan partikelnya akan berhenti bergerak, kondisi ini disebut kondisi nol mutlak. Skala Celcius tidak bisa menjawab masalah ini maka Lord Kelvin (1842 ­- 1907) menawarkan skala baru yang diberi nama Kelvin. Skala Kelvin dimulai dari 273°K ketika air membeku dan 373°K ketika air mendidih. Sehingga nol mutlak sama dengan 0°K atau -273°C. Selain skala tersebut ada juga skala Reamur dan Fahrenheit. Untuk skala Reamur air membeku pada suhu 0°R dan mendidih pada suhu 80°R sedangkan pada skala Fahrenheit air membuka pada suhu 32°F dan mendidih pada suhu 212°F.
Prinsip kelarutan banyak digunakan untuk membantu kehidupan manusia. Berikut akan dipaparkan beberapa contoh prinsip kelarutan dalam kehidupan sehari-hari.
a.    Pembuatan Garam Dapur (Natrium klorida)
Garam dapur yang dibuat dari air laut menggunakan prinsip pnguapan untuk mendapatkan kristal NaCl. Akan tetapi, ternyata dalam air laut terkandung puluhan senyawa lain, seperti MgCl2 dan CaCl2. Untuk memurnikan garam dapur maka dilakukan pemisahan zat-zat pengganggu tersebut berdasarkan prinsip pengendapan.
b.    Industri Fotografi
Negatif film yang nantinya akan dicetak menjadi foto terdiri dari lapisan tipis Kalsium iodida yang merekat. Sebelum dicetak, negatif film ini dicelupkan dalam larutan perak nitrat untuk membentuk perak iodida yang sensitif terhadap cahaya. Bila cahaya jatuh pada film selama proses pencetakan, molekul-molekul perak iodida akan diaktifkan oleh energi dari cahaya. Film itu kemudian dicuci dengan mencelupkannya dalam sebuah larutan yang mampu mengganti garam perak yang aktif menjadi partikel-partikel logam perak sehingga tampak benar-benar hitam. Objek yang merfleksikan paling banyak cahaya pada piring tampak sebagai daerah gelap dalam negatif, sedangkan objek-objek yang tidak merefleksikan cahaya menjadi tampak transparan.
Pada proses pencetakan, cahaya disinarkan melalui negatif kaca pada kertas yang dilapisi bahan kimia lain seperti perak klorda. Di tempat negatif gelap, tidak ada cahaya yang menjangkau kertas itu dan garam perak tidak aktif, sedangkan di tempat negatif transparan, cahaya mengaktifkan garam perak. Bila kertas dicuci dan diatur dengan bahan-bahan kimia yang lebih banyak, daerah-daerah gelap menjadi terang, dan daerah transparan menjadi gelap.
c.    Penghilangan Kesadahan
Air sadah sangat mengganggu kehidupan kita. Air sadah akan mengurangi daya pembersih dari deterjen, hal tersebut karena Ca2+ yang terkandung dalam air sadah akan bereaksi membentuk garam yang sukar larut. Selain itu, air sadah juga dapat membuat peralatan masak menjadi berkerak. Air sadah adalah air yang mengandung ion Mg2+ dan Ca2+ yang cukup tinggi. Selain itu, mengandung anion HCO3-. Untuk mengatasi kesadahan biasanya ditambahkan garam yang mengandung ion karbonat (CO32-) dan ion bikarbonat (HCO3-). Penambahan ion-ion tersebut akan mengakibatkan Ca2+ akan mengendap sebagai CaCO3, dan air pun dapat digunakan dengan baik tanpa gangguan.
4.3      Alat dan Bahan
4.3.1      Alat
·        Balp
·        Buret
·        Corong Gelas
·        Gegep Besi
·        Gelas Ukur
·        Kaki Tiga
·        Kasa Kawat
·        Labu Erlenmeyer
·        Pembakar Spiritus
·        Pengaduk Gelas
·        Pipet Mohr
·        Spatula
·        Termometer Batang
·        Tiang Statif

4.3.2      Bahan
·        Aquadest
·        HCl
·        Indikator Phenolphthalein
·        KNO3
4.4      Prosedur Percobaan
1.    Menyiapkan alat dan bahan.
2.    Mengambil Aquadest sebanyak 30 mL menggunakan Gelas Ukur dan menaruhnya ke Gelas Beaker.
3.    Menambahkan KNO3 ke dalam Gelas Beaker yang berisi Aquadest dan mengaduknya sampai menjadi larutan jenuh.
4.    Memanaskan larutan tersebut menggunakan Pembakar Spiritus, kemudian memasukan Termometer Batang ke dalam Gelas Beaker sampai suhu menunjukan 45°C.
5.    Mengambil larutan yang sudah mencapai suhu 45°C sebanyak 5 mL menggunakan Pipet Mohr dan memasukan ke dalam Labu Erlenmeyer.
6.    Menambahkan 2 tetes Indikator PP ke dalam Labu Erlenmeyer.
7.    Menitrasi larutan dengan HCl 0,1 M.
8.    Membuka kran Buret secara perlahan dan menggoyang-goyangkan Labu Erlenmeyer sampai larutan menjadi bening.
9.    Mencatat volume HCl 0,1 M yang diperlukan untuk menitrasi larutan pada tabel hasil pengamatan.
10. Mengulangi langkah 2 sampai 9 dengan suhu 65°C dan 75°C.
11. Merapihkan alat dan bahan yang telah digunakan dalam praktikum.

4.5      Hasil Percobaan
4.5.1      Hasil Pengamatan
Tabel 4.1
Hasil Pengamatan Kelarutan sebagai Fungsi Suhu
VKNO3
Suhu
VHCl
MHCl
MKNO3
5 mL
45°C
0,9 mL
0,1 M
.... M
5 mL
65°C
0,6 mL
0,1 M
.... M
5 mL
75°C
0,7 mL
0,1 M
.... M
Persamaan Reaksi :
KNO3 (s) + HCl (s)                 KCl  + HNO3
4.5.2      Pengolahan Data
a.    Percobaan pada Suhu 45°C
Diketahui              :
·        VKNO3               =  5 mL
·        VHCl               =  0,9 mL
·        MHCl              =  0,1 M
Ditanya                 :
·        MKNO3              =  ....?
Jawab                   :
·         MKNO3              = 
                                                         = 
                                                         =  0,018 M
b.    Percobaan pada Suhu 65°C
Diketahui              :
·        VKNO3               =  5 mL
·        VHCl               =  0,6 mL
·        MHCl              =  0,1 mL
Ditanya                 :
·        MKNO3              =  ....?

Jawab                   :
·         MKNO3              = 
                                                         = 
                                                         =  0,012 M
c.    Percobaan pada Suhu 75°C
Diketahui              :
·        VKNO3               =  5 mL
·        VHCl               =  0,7 mL
·        MHCl              =  0,1 M
Ditanya                 :
·        MKNO3              =
Jawab                   :
·         MKNO3              = 
                                                         = 
                                                         =  0,014 M
                     
Tabel 4.2
Hasil Pengolahan Data Kelarutan sebagai Fungsi Suhu
VKNO3
Suhu
VHCl
MHCl
MKNO3
5 mL
45°C
0,9 mL
0,1 M
0,018 M
5 mL
65°C
0,6 mL
0,1 M
0,012 M
5 mL
75°C
0,7 mL
0,1 M
0,014 M
Kesimpulan Tabel :
Pada percobaan ketiga tentang Kelarutan sebagai Fungsi Suhu, didapatkan hasil sebagai berikut:
Dalam percobaan pertama volume KNO3 (Kalium nitrat) 5 mL dipanaskan sampai suhu 45°C. Lalu dititrasi dengan volume HCl (Asam klorida) yang dipakai sebanyak 0,9 mL dengan konsentrasi HCl (Asam klorida) 0,1 M, maka diperoleh konsentrasi KNO3 ­(Kalium nitrat) sebesar 0,018 M.
Dalam percobaan kedua volume KNO3 (Kalium nitrat) 5 mL dipanaskan sampai suhu 65°C. Lalu dititrasi dengan volume HCl (Asam klorida) yang dipakai sebanyak 0,6 mL dengan konsentrasi HCl (Asam klorida) 0,1 M, maka diperoleh konsentrasi KNO3 (Kalium nitrat) sebesar 0,012 M.
Dalam percobaan ketiga volume KNO3 (Kalium nitrat) 5 mL dipanaskan sampai suhu 75°C. Lalu dititrasi dengan volume HCl (Asam klorida) yang dipakai sebanyak 0,7 mL dengan konsentrasi HCl (Asam klorida) 0,1 M, maka diperoleh konsentrasi KNO3 (Kalium nitrat) sebesar 0,014 M.

Grafik 4.1
Hubungan antara Temperatur dengan Konsentrasi KNO3
Kesimpulan Grafik:
Semakin tinggi suhunya semakin cepat juga laju reaksinya, maka semakin sedikit juga volume HCl (Asam klorida) yang digunakan, dengan begitu konsentrasi menjadi lebih kecil.

4.6      Pembahasan
Pada praktikum Kelarutan sebagai Fungsi Suhu bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat, mengetahui reaksi yang terjadi pada suatu kelarutan, mengetahui pengertian kelarutan, mengetahui faktor-faktor kelarutan sebagai fungsi suhu dan untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi kelarutan.
Kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut adalah banyaknya suatu zat yang dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada kondisi tertentu. Biasanya dinyatakan dalam satuan mol per liter.
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu Balp, Buret, Corong Gelas, Gegep Besi, Gelas Ukur, Kaki Tiga, Kasa Kawat, Labu Erlenmeyer, Pembakar Spiritus, Pengaduk Gelas, Pipet Mohr, Spatula, Termometer Batang danTiang Statif. Sedangkan bahan yang digunakan, yaitu Aquadest, HCl (Asam klorida), Indikator Phenolphthalein dan KNO3 (Kalium nitrat).
Langkah-langkah yang dilakukan pada percobaan Kelarutan sebagai Fungsi Suhu, yaitu menyiapkan alat dan bahan. Kemudian mengambil Aquadest sebanyak 30 mL menggunakan Gelas Ukur dan menaruhnya ke Gelas Beaker. Lalu menambahkan KNO3 (Kalium nitrat) ke dalam Gelas Beaker yang berisi Aquadest dan mengaduknya sampai menjadi larutan jenuh. Selanjutnya memanaskan larutan tersebut menggunakan Pembakar Spiritus, kemudian memasukan Termometer Batang ke dalam Gelas Beaker sampai suhu menunjukan 45°C. Jika sudah, mengambil larutan yang sudah mencapai suhu 45°C sebanyak 5 mL menggunakan Pipet Mohr dan memasukan ke dalam Labu Erlenmeyer. Lalu menambahkan 2 tetes Indikator Phenolphathalein ke dalam Labu Erlenmeyer. Kemudian menitrasi larutan dengan HCl (Asam klorida) 0,1 M. Dan membuka kran Buret secara perlahan dan menggoyang-goyangkan Labu Erlenmeyer sampai larutan menjadi bening. Jika sudah kemudian mencatat volume HCl (Asam klorida) 0,1 M yang diperlukan untuk menitrasi larutan pada tabel hasil pengamatan. Kemudian mengulangi langkah-langkah diatas dengan suhu 65°C dan 75°C. Dan langkah terakhir yaitu merapihkan alat dan bahan yang telah digunakan dalam praktikum.
Dari hasil percobaan dan pengolahan data didapatkan data-data, yaitu Pada percobaan pertama volume KNO3 (Kalium nitrat) 5 mL dipanaskan sampai suhu 45°C. Lalu dititrasi dengan volume HCl (Asam klorida) yang dipakai sebanyak 0,9 mL dengan konsentrasi HCl (Asam klorida) 0,1 M, maka diperoleh konsentrasi KNO3 ­(Kalium nitrat) sebesar 0,018 M. Pada percobaan kedua volume KNO3 (Kalium nitrat) 5 mL dipanaskan sampai suhu 65°C. Lalu dititrasi dengan volume HCl (Asam klorida) yang dipakai sebanyak 0,6 mL dengan konsentrasi HCl (Asam klorida) 0,1 M, maka diperoleh konsentrasi KNO3 (Kalium nitrat) sebesar 0,012 M. Dan pada percobaan ketiga volume KNO3 (Kalium nitrat) 5 mL dipanaskan sampai suhu 75°C. Lalu dititrasi dengan volume HCl (Asam klorida) yang dipakai sebanyak 0,7 mL dengan konsentrasi HCl (Asam klorida) 0,1 M, maka diperoleh konsentrasi KNO3 (Kalium nitrat) sebesar 0,014 M.
Pembacaan grafik 4.1Hubungan antara Temperatur dengan Konsentrasi KNO3 (Kalium nitrat) yaitu pada saat suhu 45°C maka konsentrasi KNO3 (Kalium nitrat) sebesar 0,018 M, pada saat suhu 65°C maka konsentrasi KNO3 (Kalium nitrat) sebesar 0,012 M, dan pada saat suhu 75°C maka konsentrasi KNO3 (Kalium nitrat) sebesar 0,014 M. Kesimpulan grafiknya yaitu semakin tinggi suhunya semakin cepat juga laju reaksinya, maka semakin sedikit juga volume HCl (Asam klorida) yang digunakan, dengan begitu konsentrasi menjadi lebih kecil.
Dalam melakukan percobaan Kelarutan sebagai Fungsi Suhu terdapat kesalahan, diantaranya yaitu pada saat menutup kran Buret sehingga volume HCl (Asam klorida) sebagai penitrasi menjadi kurang akurat.

4.7      Kesimpulan
Pada percobaan Kelarutan sebagai Fungsi Suhu dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.    Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh.
2.    Kelarutan dinyatakan dalam satuan mol/liter.
3.    Suatu larutan jenuh merupakan kesetimbangan dinamis dan kesetimbangan tersebut akan bergeser bila suhu dinaikan.
4.    Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu Balp, Buret, Corong Gelas, Gegep Besi, Gelas Ukur, Kaki Tiga, Kasa Kawat, Labu Erlenmeyer, Pembakar Spiritus, Pengaduk Gelas, Pipet Mohr, Spatula, Termometer Batang danTiang Statif.
5.    Bahan yang digunakan, yaitu Aquadest, HCl (Asam klorida), Indikator Phenolphthalein dan KNO3 (Kalium nitrat).
6.    Volume KNO3 (Kalium nitrat) yang digunakan sebanyak 5 mL.
7.    Konsentrsi HCl (Asam klorida) yang dipakai untuk titrasi yaitu sebesar 0,1 M.
8.    Suhu yang digunakan, yaitu:
·        Percobaan pertama yaitu 45°C.
·        Percobaan kedua yaitu 65°C.
·        Percobaan ketiga yaitu 75°C.
9.    Volume HCl (Asam klorida) yang dipakai saat titrasi, yaitu:
·        Percobaan pertama sebanyak 0,9 mL.
·        Percobaan kedua sebanyak 0,6 mL.
·        Percobaan ketiga sebanyak 0,7 mL.
10. Konsentrasi KNO3 (Kalium nitrat) pada:
·        Percobaan pertama yaitu 0,018 M.
·        Percobaan kedua yaitu 0,012 M.
·        Percobaan ketiga yaitu 0,014 M.
11. Pembacaan grafik 4.1Hubungan antara Temperatur dengan Konsentrasi KNO3 (Kalium nitrat) yaitu pada saat suhu 45°C maka konsentrasi KNO3 (Kalium nitrat) sebesar 0,018 M, pada saat suhu 65°C maka konsentrasi KNO3 (Kalium nitrat) sebesar 0,012 M, dan pada saat suhu 75°C maka konsentrasi KNO3 (Kalium nitrat) sebesar 0,014 M.
12. Persamaan reaksi yang terjadi, yaitu:
      KNO3 (s)    +        HCl (s)                 KCl         +     HNO3
(Kalium nitrat) (Asam klorida)   (Kalium klorida) (Asam nitrat)

Hearts, Unknown

♥ Past / Future ♥

gambling